Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Parah: Korban Tewas Hampir 65 Ribu Jiwa, Ratusan Meninggal Karena Kelaparan
Info Nanga Pinoh- Derita rakyat Palestina di Jalur Gaza semakin memuncak. Hingga Selasa (16/9/2025), sebanyak 64.964 orang dilaporkan tewas akibat serangan militer Israel sejak perang dimulai Oktober 2023. Ironisnya, sebanyak 428 orang, termasuk 146 anak-anak, meninggal dunia karena kelaparan dan kekurangan gizi yang parah.
Data terbaru ini diumumkan Kementerian Kesehatan Gaza melalui pembaruan hariannya yang dikutip Anadolu. Dalam laporan tersebut, 59 jenazah baru dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir, sementara 386 orang lainnya terluka sehingga total korban luka mencapai 165.312 orang. “Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tulis pernyataan resmi kementerian.
Lebih memilukan lagi, dalam periode yang sama, 112 orang dilaporkan terluka akibat tembakan tentara Israel ketika berusaha mencari bantuan kemanusiaan. Kementerian menyebut sejak 27 Mei 2025, sebanyak 2.497 orang pencari bantuan tewas dan lebih dari 18.294 lainnya terluka saat mencoba memperoleh pasokan kebutuhan dasar.
:quality(80)/https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2023/10/13/e52e7120-b6cd-4602-994e-669595a5e715_jpg.jpg)
Baca Juga : Polres Melawi Lakukan Penyemprotan dan Pengaturan Lalu Lintas di Lokasi Tumpahan BBM
Kelaparan Meningkat di Tengah Blokade Ketat
Kementerian Kesehatan Gaza mengonfirmasi tiga kematian baru akibat malnutrisi parah dalam 24 jam terakhir, salah satunya anak-anak. Total kematian terkait kelaparan sejak Oktober 2023 kini mencapai 428 jiwa, termasuk 146 anak-anak. Bahkan sejak Agustus 2025 saja, 150 orang termasuk 31 anak-anak telah meninggal karena kelaparan setelah Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) menyatakan kondisi kelaparan di Kota Gaza.
Lembaga tersebut juga memperingatkan bahwa krisis pangan akut ini akan segera menyebar ke wilayah Deir al-Balah dan Khan Younis di Gaza tengah dan selatan pada akhir September 2025. Situasi ini diperparah oleh penutupan seluruh perlintasan Gaza oleh Israel sejak 2 Maret 2025, yang menghentikan masuknya truk makanan dan bantuan kemanusiaan meski ratusan orang telah menunggu di perbatasan. Langkah ini telah memperdalam bencana kemanusiaan, membuat warga Gaza hampir tak memiliki akses ke kebutuhan pokok seperti makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Serangan Militer dan Dampaknya yang Masif
Serangan militer Israel terus berlanjut sejak 18 Maret 2025 dan dilaporkan telah menewaskan 12.413 orang serta melukai 53.271 lainnya hanya dalam periode setelah gencatan senjata digagalkan.
Situasi di Gaza saat ini digambarkan sebagai krisis kemanusiaan terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Rumah sakit kewalahan menangani korban luka, stok obat-obatan menipis, dan warga yang selamat hidup dalam kondisi serba kekurangan.
Proses Hukum Internasional dan Tuntutan Keadilan
Tekanan terhadap Israel di panggung internasional semakin meningkat. Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Selain itu, Israel kini tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang berlangsung di wilayah kantong tersebut.
Meskipun berbagai lembaga internasional telah menyerukan penghentian kekerasan dan pembukaan akses kemanusiaan, hingga kini konflik dan blokade masih terus berlangsung. Nasib ratusan ribu warga Gaza, terutama anak-anak dan perempuan, semakin berada di ujung tanduk.
Harapan di Tengah Krisis
Dunia internasional diharapkan dapat bertindak lebih cepat dan tegas untuk menghentikan penderitaan yang semakin memprihatinkan ini.
Kondisi Gaza kini menjadi cermin betapa pentingnya solidaritas kemanusiaan global. Setiap angka korban bukan sekadar statistik, melainkan nyawa manusia yang memiliki keluarga, cita-cita, dan masa depan yang seharusnya mereka nikmati.
















