Breaking News
Kumpulan informasi aktual seputar peristiwa penting yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia, meliputi isu politik, kebijakan pemerintah, bencana, dan dinamika sosial masyarakat.
Telkomsel Telkomsel Telkomsel Telkomsel

Fenomena Manusia Tikus Gen Z di China Protes Diam terhadap Burnout dan Tekanan Sosia

cek disini

Fenomena “Manusia Tikus” di Kalangan Gen Z China: Protes Sunyi terhadap Burnout dan Tekanan Sosial

CHINA – Fenomena “manusia tikus” atau lao shu ren sedang viral di kalangan Gen Z China. Istilah ini merujuk pada gaya hidup diam-diam, pasif, dan menyendiri di dalam kamar sebagai bentuk perlawanan terhadap tekanan hidup modern, burnout, dan persaingan ketat di dunia kerja.

Fenomena ini mencuat sejak awal Juni 2025 di media sosial seperti Xiaohongshu (RedNote), platform berbagi foto dan video yang populer di kalangan anak muda China. Sejumlah video dengan tagar “manusia tikus” bahkan ditonton ratusan ribu kali dan disukai lebih dari 15.000 pengguna.

Alih-Alih Kejar Karier, Pengangguran Gen Z di Tiongkok dengan Bangga Sebut  Diri Mereka Sebagai 'Rat People' - Jawa Pos
Pengangguran Gen Z di Cina dengan Bangga Sebut Diri Mereka Sebagai Manusia Tikus

Baca Juga : Apakah Liburan Ampuh Hilangkan Burnout pada Ibu? Ini Kata Psikolog

Apa Itu “Manusia Tikus”?

“Manusia tikus” adalah sebutan untuk mereka yang memilih menjalani hari-hari hanya di dalam kamar. Gaya hidup ini meliputi:

  • Bangun siang, biasanya setelah pukul 12.00 siang

  • Rebahan sepanjang hari di tempat tidur atau sofa

  • Mengakses media sosial, menonton drama, atau bermain gim

  • Tidur larut malam, sering kali lewat pukul 01.30 dini hari

  • Minim interaksi sosial langsung dan jarang meninggalkan kamar

  • Pola makan tidak teratur, bahkan hanya makan sekali sehari

Salah satu pengakuan datang dari Pu Yiqin, mahasiswi pascasarjana di King’s College London yang menyebut dirinya sebagai bagian dari tren ini. Dalam akun Xiaohongshu miliknya, ia membagikan aktivitas sehari-hari yang didominasi oleh tidur, rebahan, dan menghindari aktivitas produktif di luar rumah.

Bentuk Protes Sunyi terhadap Tekanan Sosial

Di balik gaya hidup yang terlihat santai, fenomena ini dinilai sebagai bentuk perlawanan pasif terhadap sistem sosial dan dunia kerja yang penuh tekanan. Gen Z di China menghadapi realitas yang keras: jam kerja panjang, persaingan pendidikan tinggi, tekanan keluarga, dan biaya hidup yang makin tinggi.

Menurut laporan Fortune dan Channel News Asia, gaya hidup “manusia tikus” bukan semata kemalasan, melainkan bentuk keputusasaan yang terstruktur. Mereka bukan tidak ingin produktif, tetapi memilih untuk keluar dari sistem yang dianggap terlalu menindas.

Fenomena ini melanjutkan tren sebelumnya di China seperti “lying flat” (tang ping) dan “involution” (nei juan), yaitu respons generasi muda yang menolak ikut dalam perlombaan tanpa akhir di dunia pendidikan dan karier.

Burnout Menjadi Akar Masalah

Burnout menjadi salah satu penyebab utama di balik tren ini. Menurut data dari Kompas.com (7/8/2024), burnout terjadi ketika seseorang merasa stres berat secara terus-menerus tanpa mampu mengelolanya. Gejalanya meliputi kelelahan fisik, emosi tumpul, dan hilangnya motivasi terhadap kehidupan sehari-hari.

Kondisi ini banyak dialami oleh generasi muda di kota-kota besar di China yang hidup di bawah tekanan akademik dan karier sejak usia dini.

Fenomena Global yang Perlu Perhatian

Meski fenomena ini muncul di China, tren serupa juga diamati di negara-negara lain, termasuk Jepang, Korea Selatan, dan bahkan negara-negara Barat. Hal ini menunjukkan bahwa generasi muda di seluruh dunia menghadapi tantangan kesehatan mental yang serupa.

Penutup

Fenomena “manusia tikus” di kalangan Gen Z China menjadi simbol protes sunyi terhadap sistem yang menuntut tanpa henti. Ini bukan sekadar tren media sosial, tapi alarm serius bagi dunia pendidikan, perusahaan, dan pemerintah untuk mulai memperhatikan kesejahteraan mental generasi muda.

telkomsel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *